SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI
TANA LUWU.
Pada Suatu malam Maddika Bua Tandi Pau bermimpi meliahat 3
buah matahari terbit disebelah timur Bua, dengan sinarnya yang begitu
terang sehingga terlihat sudut sudut yg biasanya tidak terjangkau oleh penglihatan
mata,ketika itu semuanya terlihat jelas Namun ketika pandangannya memutar
kesekelilingnya pada saat itu pula Maddika Bua terjaga dari mimpinya yg hanya
berlangsung beberapa menit.
setelah
mendapatkan mimpi itu berhari hari Maddika Bua terus mengingat kejadian yg
terjadi dalam mimpinya,meski risau namun ia belum mau menceritakannya kepada
orang lain.Pada saat itu ia hanya berharap agar tak terjadi apa apa pada
rakyatnya.yang selalu membesarkan hatinya mengenai mimpi itu adalah sinar yg
dipancarkan oleh 3 matahari yg menyinari Bua,inilah kemudian yg diyakini oleh
Maddika Bua sebaga pertanda yg baik bagi dirinya maupun rakyatnya.
Tidak
berapa lama setelah mendapatkan mimpi tersebut datanglah muballiq yang
berasal dari minangkabau yaitu Abdul makmur ( Dato' Ri Bandang ), Khatib
Sulaiman ( Datu' Pattimang ) dan Khatib Bungsu ( Datu' Tiro ).Ketiga Muballiq
tersebut tiba dipandoso, muarasungai Pa'barasseng daerah Bua dengan menggunakan
Perahu layar yg bernama ( Qimara ).
Setibanya
didaerah ini mereka bertemu dengan nelayan setempat yg bernama Latiwajo dan
ketiganya pun memperkenalkan diri.Ketiganya meminta kepada nelayan untuk
menyampaikan Amanah kepada Pemerintah atau penguasa daerah Bua bahwa Ada 3
orang tamu yg ingin bertemu dengan beliau,lalu bergegaslah Latiwajo
menyampaikannya kepada MAddika Bua.
Pada saat
menerima pesan tersebut,maddika Bua memanggil salah seorang cendekiawannya yg
bernama Langkai Bukubuku dan sekaligus memerintakn utnutk bertemu dan
menyambut ketiga tamu yg masih berada diLapandoso.Segeralah Langkai Bukubuku
menemui tamu tersebut,setelah bertemu ketiga muballigpun menampaikan maksud dan
tujuannya datang kedaerah Bua untuk mengembangkan syiar islam,ajaran yg
memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dan
Berangkatlah Langkai Bukubuku menemui Maddika Bua lalu menyampaikan
maksud dan tujuan ketiga muballig tersebut dan saat itu pula maddika Bua
teringat langsung akan mimpinya tersebut.maka dikumpulkannyalah Anggota
hadatnya yg terdiri dari To Pabbicara, Anri Guru to magawe Atau sakti,
Pabbunture' atau patih, Opu To malompo,Ampu lembang to Maroa,Tomakaka Posi' dan
Baju-baju seppulo Dua..
Mereka
kemudian berkumpul untuk menyambut ketiga muballig tersebut,dengan menggunakan
perahu perang yg bernama " La Uli' Bue " mereka berangkat ke Pandoso
Muara pa'baresseng melalui Sungai bua.setibanya dipandoso,maddika bua dan
perangkat hadatnya langsung bertemu ketiga orang tamu tersebut.Ketiganyapun
memberi salam dengan mengucapkan selamat kepada maddika Bua bersama pemangku
hadatnya lalu ketiganya mempersilahkan maddika bua beserta perangkat hadatnya
naik keatas perahu Qimara dan selanjutnya mereka memperkenalkan diri.
Diatas
perahu tersebut Maddika bua bersama beberapa rombongannya melakukan SINGKARUME'
( Dialog ).
Maddika
Bua Bertanya kepada ketiga orang tersebut..
"
Apakah islam itu tidak merusak peradaban yg berlaku didalam daerah kami?"
Datu'
Sulaiman memberi jawaban;
"
Tidak merusak,malahan menguatkan peradaban sesuai ajaran islam" Beliaupun
mengutip Sabda Rasulullah sebagai berikut:
MAN LAA
AADABA LAHUU LAA DIINA LAHUU.. ( BARANG SIAPA TIDAK BERADAB MAKA TIDAK ADA
AGAMA BAGINYA )
Maddika
Bua kembali bertanya:
"Apa
gunanya Agama islam itu bagi manusia "
Datu'
Sulaiman menjawab:
"untuk
membahagiakan Dunia dan memberikan keselamatan DiAkhirat"
Kemudian
Maddika Bua bertanya lagi"
"Apakah
tidak cukup budi pekerti Yg menjamin kebahagiaan Dunia dan Akhirat?"
Datu'
Sulaiman menjawab;
"Betul
juga apa yg dikatakan oleh maddika bua,akan tetapi hal itu laksana pohon kayu
kecil yg terbatas kegunaannya,sedang yg kami bawakan ini diumpamakan sejenis
kayu raksasa yg serba guna yg dapat dijadikan tiang Rumah bahkan dapat
dibuatkan perahu layar yg dapat mengarungi samudera hingga kemana saja,bahkan
sampai keakhirat kelak dengan selamat"
Seterusnya
Maddika Bua Tandi pau bertanya:
"Apakah
Tuan tidak Tahu bahwa ada kayu Raksasa yg sangat mengagumkan dan kuat dari yg
kuat tumbuh didaerah Luwu ini yg dapat berfungsi serba guna?"
Datu'
Sulaiman kembali bertanya:
"Kayu
Apakah itu dan dimana Lokasinya?"
Maddika
Bua menjawab:
"kayu
rapuh yg tak Lapuk Yg tumbuh ditengah Lautan"
Datuk
Sulaiman lanjut bertanya:
"jenis
kayu bagaimana itu?"
Maddika
Bua lalu menjelaskan bahwa jenis dan macam kayu tersebut tidak dapat kita
bayangkan oleh karena kayu tersebut Raksasa tanpa bayangan" kemudian
maddika bua mengucapkan syair sebagai berikut:
"AJU
TABU TAKKE TABU,TUO RI TENGNGA TASI'.TEKKI WAJO WAJO"
"KAYU
RAPUH YANG TAK LAPUK TUMBUH DITENGAH LAUT TANPA BAYANGAN"
Kemudian
Datuk Sulaiman menyambut dengan ucapan:
"AL-KAUNU
KULLUHU TZILAALUN ADAMUN MAKHADHUN"
"SEGALANYA
YG ADA ITU HANYA BAYANGAN "
Maksudnya:
Segala yg ada didunia ini pada hakikatnya tak ada,kehidupan ini hanya mimpi dan
fana yg kekal adalah kehidupan akhirat.
Maddika
Bua melanjutkan pertanyaannya dengan syairnya sebagai berikut:
"MAKKUTANAWA
LE TOPANRITA,AGA AMMULANNA MANCAJI ALEPU"
(Saya
bertanya kepada alim ulama dimanakah permulaannya alif itu?"
Datuk
sulaiman pun menyambung"
"MONRO
RI LANGI-I NA NUN,MONRO RI TANA-I NA BA"
(Terletak
dilangit disebut NUN,terletak dibumi disebut BA)
Setelah
melakukan beberapa dialog ketiga tamu tersebutpun menyadari tingkat pemahaman
aqidah ( tauhid ) Maddika Bua,selanjutnya Datu' Sulaiman masih memberi
kesempatan kepada Maddika Bua dan perangkata Hadatnya untuk mengajukan
pertanyaan,Maka salah satu dewan hadatnya yaitu To makaka Posi' yg bernama
Manggau' Bersyair"
"Bangnga'na
mupenawai tasi' tae' randanna,Denni randanna tobang tama tangngana"
(Saya
tertegun memikirkan lautan tanpa tepi,sekali bertepi justru jatuh ditengah
samudera")
Datuk
sulaiman langsung menyambut:
"QAALA
AN-NABIYYU SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM: WAIZAA SAYAGRAQU ZAL KAMMU FII HAAZAL
ALBAHRI LAM YAJID LILSHAERI TAHUU MASYHUUDAN SUU ALBAHRI"
(RASULULLAH
BERSABDA: KALAU SUDAH TENGGELAM KEDALAM LAUTAN BAGI YG MENCARI/BERJALAN,MAKA
TIDAK ADA LAGI PERHATIAN SELAIN LAUTAN (KESUCIAN) ITU SENDIRI (ALLAH).itulah yg
disebut ISTIQOMAH.seluruh panca indera adalah dari pemberian Tuhan semata dan
tidak ada lain yg punya selain ALLAH.
Kemudian
Ampu lembang To maroa Sanggaria lau' ikut bersyair:
"KEDO
KEDONA BOMBANG,MENGNYAI NA WAE.TENRA LESANGENNA"
(Bergerak
itulah gelombang,tenang itulah air,yg tidak berbeda juga dengan Air )
Kemudian
Datu' Sulaiman memberi jawaban"
"AL
AABIDU WAL MA'BUUDU WAAHIDUN"
(YG
MENYEMBAH DAN DISEMBAH ADALAH BERSATU AKRAB)
Sebab
gelombang sama saja air hanya sifatnya yg berbeda..
kemudian
menyusul nyanyian ketua adat La tenri Adjeng:
"CENNA
DUA RONNANG SAGALA DUA TOI UPAWAREKKENGI ALE RI ABONGNGOREKKU.
AMBONGNGOREPPA
MASSAPPA.PUSAPO MELLOLONGENG RI MASAGALAE"
(KAPAN DUA
DZAT TUHAN,DUA JUGA PENYERAHAN KEBODOHANKU KEPADANYA,KARENA HANYA KEBODOHAN
BIAS MENCURI DAN KESESATAN DAPAT MEMPEROLEH YG HAQ ( TUHAN )"
Kemudian
Datu' Sulaiman menyambut dengan hadist Qudsy:
"AL
ALAMU JAAHILAN WAL MA'RUFUFATU INKARAN"
(MENGENAL
KARENA KEBODOHAN DAN MENGETAHUI YG SEBENARNYA HANYALAH KEINGKARAN DIRI)
Jadi
sungguh ALLAH berbeda dengan segala sesuatu,karena sesuatu kita kenal harus
dengan ilmu pengetahuan dengan yakin kebenarannya tanpa diingkari..
Setelah
itu Datu' Sulaiman kembali bertanya,apakah masih ada yg ingin lagi bertanya?
namun sampai beberapa lama tak ada lagi yg ingin bertanya maka berakhirlah
Singkarume ( dialog) atau penyempurnaan aqidah kepercayaan tersebut..
Setelah
proses tersebut akhirnya Maddika bua dan para pemangku adat akhirnya memeluk
agama Islam dengan terlebih dahulu mengucapkan Dua kalimat syahadat. setelah
Maddika bua memeluk islam,Ia pun bersedia mengantar para Muballigh tersebut ke
malangke Pusat Kedatuan Luwu saat itu yg memang menjadi tujuan utama
mereka,menurut cerita saat berada dimalangke ( Pattimang )Datu' Luwu kembalai
meminta untuk melakukan singkarume ( Dialog ).
Saat Datu'
Sulaiman datang membawa ajaran islam,ketika itu datu' luwu Patiarase atau La
Pattiware ( memerintah dari thn 1585-1610 ) telah mempunyai 3 orang Anak,mereka
adalah Patiaraja,Patipasaung dan karaeng Baineya, adik ipar Datu' Luwu ada Pula
Diistan Yaitu Tepu Karaeng. Datu' Luwu La Pattiware memeluk islam pada hari
Jum'at tanggal 15 Ramadhan 1013,Baginda diberi gelar arab,Sulthan Muhammad
Mudharuddin dan ketika mangkat diberi gelar Petta matinroe Ri ware'..
setelah La
Pattiware memeluk islam ,maka pelaksanaan ajaran islam dilakukan secara
bertahap,nilai nilai lama yg tidak bertentangan jauh dengan ajaran islam tetap
diberlakukan,utamanya negeri diluar ware' ( Malangke).ketika itu orang toraja
dipegunungan masih menganut ajaran "Aluk To Dolo ". suku toraja
terbilang sulit untuk diislamkan begitupun orang2 Rongkon,Namun Datu'
tidak memaksakan dan membiarkan.
Meski
demikian orang Rongkong sangat patuh terhadapa Datu kecuali soal kepercayaan,
Orang cerdik Luwu yaitu patunru mustafa kemudian memasukkan ajaran islam
kedalam ungkapan2 adat Luwu terlebih mengenai nilai-nilai luhur seperti
keadilan,kejujuran dan kebenaran.
Hal yg
sama diberlakukan pula pada Orang2 Cerekang dan Ussu walau demikian hingga
sekarang masih terdapat pemahaman masyarakat bahwa antara Sawerigading dan
Muhammad " IYA MUTO...IYA MUTO...( DIA JUGA ..ITU JUGA..)
Meski Datu
luwu telah memeluk islam,namun masih ada beberapa orang penting di Luwu yg
masih merasa Ragu-ragu salah satunya adalah saudara Datu' sendiri yaitu
Patiparessa manjawari ( Petta Pao )
Menurut
cerita yg beredar dimasyarakat yg kini telah dianggap mitos.setelah mendengar
seruan dari kakaknya sebagai Datu luwu Petta Pao meminta waktu beberapa lama
untuk menghabiskan dahulu daging babinya,namun setelah waktu yg ia minta
berlalu ia belum juga mau memeluk islam dengan alasan daging babinya belum
habis,setelah diselidiki ternyata daging babi itu tidak akan habis sebab
orang2nya selalu menambah persediaan daging babi untuk dia..
akibat
patiparessa manjawari terus menyalahi janji maka Datu luwu pun murka,beliau
tidak suka pada orang yg selalu menyalahi jani karenanya patiarase menutus
seorang algojonya bernama La Bucai untuk membunuh Petta pao.mendapat perintah
dari Datu La Bucai pun bergegas menuju kerumah Petta Pao dan langsung masuk.
melihat petta Pao yg saat itu sedang makan malam La Bucai pun langsung menebas
lehernya,dalam sekali tebas Petta pao langsung tewas,dengan adanya kejadian ini
maka sejak itu masyarakat PAO kecamatan malangke muncul semacam tradisi bahwa
setiap makan malam diharuskan menutup dulu pintu rumahnya..
Ketika
Datu Luwu Patiarase Daeng parabung memeluk islam Maddika bua Tandi Pau pun
merasa lega,meski demikian beliau sudah tahu bahwa tidak mungkin Patiarase
sebagai raja yg memiliki pengetahuan luas dan dalam tentang hakikat kehidupan
menolak ajaran kebenaran yg datang kepadanya.
Karena
tugasnya telah selesai,Maddika Bua memohon diri untuk kembali ke Bua.Untuk
menghargai jasanya,Pajung/Datu luwu Patiarase memberi Penghormatan kepada Tandi
Pau dengan gelar Opunna ware' sambil menitipkan Amanah sebagai berikut:
1.Mengembangakan
ajaran Agama Islam diwilayahnya dengan sungguh sungguh tanpa pamrih kecuali
mengharap keridhaan ALLAH SWT semata.
2.setiap
masuk bulan suci Ramadhan diharuskan Maddika bua melapor keistana Pajung/Datu
luwu.ini sebagai sanksi kepada Maddika Bua karena telah mendahului Datu Luwu
memeluk islam.
Adapun
pelaksanaan pelaporan tersebut diatas berlangsung sampai Pajung/Datu luwu ke 33
yaitu Andi Kambo Opu Daeng Risompa Petta matinroE Ribintanna.pada waktu itu
pula laporan tersebut ditiadakan atas hasil musyawarah kadhi Luwu
K.H.Ramli,akan tetapi diingatkan agar jangan mendahului Datu berpuasa.
Demikianlah
sejarah singkat proses masuknya Islam Di Tana Luwu hingga saat ini..
Semoga Bermanfaat
FERDIANSYAH PUTRA









0 komentar:
Posting Komentar