Rabu, 26 Desember 2018

Patimang – Malangke, Sejarah Islam di Tanah Luwu Utara


Patimang – Malangke, Sejarah Islam di Tanah Luwu Utara

   * Pengantar Cerita 
Datuk Patimang yang bernama asli Datuk Sulaiman dan bergelar Khatib Sulung adalah seorang ulama dari Minangkabau yang menyebarkan agama Islam ke Kerajaan Luwu, Sulawesi sejak kedatangannya pada tahun 1593 atau penghujung abad ke-16 hingga akhir hayatnya. Selain dirinya, Datuk Patimang juga bersama dua orang saudaranya yang juga ulama, yaitu Datuk ri Bandang yang bernama asli Abdul Makmur dengan gelar Khatib Tunggal dan Datuk ri Tiro yang bernama asli Nurdin Ariyani dengan gelar Khatib Bungsu. Mereka menyebarkan agama Islam dengan cara membagi wilayah syiar berdasarkan keahlian yang mereka miliki dan kondisi serta budaya masyarakat Sulawesi Selatan atau Bugis/Makassar ketika itu. Datuk Patimang yang ahli tentang tauhid melakukan syiar Islam di Kerajaan Luwu, sedangkan Datuk ri Bandang yang ahli fikih di Kerajaan Gowa dan Tallo sementara Datuk ri Tiro yang ahli tasawuf di daerah Tiro dan Bulukumba. Pada awalnya Datuk Patimang dan Datuk ri Bandang melaksanakan syiar Islam di wilayah Kerajaan Luwu, sehingga menjadikan kerajaan itu sebagai kerajaan pertama di Sulawesi Selatan, Tengah dan Tenggara yang menganut agama Islam. Seperti umumnya budaya dan tradisi masyarakat nusantara pada masa itu, masyarakat Luwu juga masih menganut kepercayaan animisme/dinamisme yang banyak diwarnai hal-hal mistik dan menyembah dewa-dewa. Namun dengan pendekatan dan metode yang sesuai, syiar Islam yang dilakukan Datuk Patimang dan Datuk ri Bandang dapat diterima dan akhirnya setelah melalui dialog yang panjang antara sang ulama dan raja tentang segala aspek agama baru yang dibawa itu, raja Luwu (Datu Luwu) yang bernama Datu’ La Pattiware Daeng Parabung pada 4-5 Februari 1605, beserta seluruh pejabat istananya masuk Islam. Bukan hanya itu, agama Islam-pun dijadikan agama kerajaan dan hukum-hukum yang ada dalam Islam-pun dijadikan sumber hukum bagi kerajaan. (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Datuk_Patimang

* Sebelum masuknya islam Raja Luwu dan anaknya. 
Setelah berada di Desa Malangke, Kabupaten Luwu Utara (sekitar bulan Juli 2016 lalu), saya kemudian mencari tahu tentang cerita sejarah Datuk Patimang. Saya kemudian menginap di rumah salah seorang perempuan tua yang bernama nenek Sa’da. Nenek Sa’da sendiri merupakan “Ammatoa Malangke ”karena merupakan garis keturunan dari Datu Luwu 16 “La Patipasaung” yang bergelar “petta matinroe ri Malangke (1615-1637) – atau yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan “petta Malangke”. Nenek Sa’da adalah pemegang kunci makam Datu Luwu ke 16- petta Malangke “(anak dari Datu Luwu 15 “La Pattiware”- yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan “petta Patimang) dan juga yang memegang sebuah Al- Quran tua, yang konon merupakan milik Datuk Patimang.
-          

Menurut nenek Sa’da, petta Patimang adalah seorang raja yang sangat berwibawa pada waktu itu. Sedangkan anaknya petta Malangke adalah seorang yang sangat berani. Setelah datangnya Datuk Patimang dan berdialog lama (berbulan bulan) dengan petta Patimang atau Raja Luwu ke 15, sang Raja belum bisa mengambil keputusan tentang ajakan Datuk Patimang untuk menganut agama Islam. Alasannya adalah masih ada satu orang lagi yang Sang Raja tunggu Persetujuannya. Akhirnya sang Raja (yang tinggal di Patimang) memanggil anaknya yang kala itu tinggal di Malangke (jaraknya sekitar 7 kilometer). Alkisah, petta Malangke datang menemui ayahnya dan Datuk Patimang. Dari hasil pembicaraan kala itu, petta Malangke yang merupakan orang berani, akhirnya terlibat adu kesaktian bersama Datuk Patimang. Hingga akhirnya petta Malangke mengakui ajaran agama Islam yang di bawah oleh Datuk Patimang, dan petta Malangke beserta petta Patimang (Ayahnya) masuk Islam. Setelah Raja Luwu dan anaknya beserta seluruh keluarganya dan pejabat istana masuk Islam, Datuk Patimang tetap tinggal di Kerajaan Luwu dan meneruskan syiar Islamnya ke wilayah wilayah lain, hingga akhirnya Datuk Patimang wafat dan dimakamkan di Desa Patimang, Luwu, Sulawesi Selatan.


Adapun makam Datuk Patimang berdekatan dengan makam Petta Patimang (Raja Luwu ke-15).


Oleh :
-          HARBIYAH

0 komentar:

Posting Komentar